
BATAM | Pelan tapi pasti, Revolusi Industri 4.0 mulai secara umum dikenal oleh banyak orang. Salah satu sekolah Tinggi di Batam bahkan sudah mulai mengenalkan kurikulum robotic sebagai bahan untuk mendukung perkembangan revolusi industri 4.0.
Lantas Industri 4.0 sendiri apa sebenarnya ? Definisi secara gamblang yang menjelaskan tentang industri 4.0 nampaknya memang belum ada dalam literature. Namun secara sederhananya, Industri 4.0 adalah industri berbasis otomatisasi dan kecerdasan buatan ( Artificial Intelligence).
Tentunya tidak hanya sekedar otomatisasi dan kecerdasan buatan saja main concept dari Industri 4.0. World Economic Forum Technology melansir dampak sosial dan titik perubahan dalam industri dan tehnologi pada tahun 2025 sebagai berikut :
- 10% pakaian yang manusia gunakan terhubung ke Internet
- Apoteker robot pertama di AS
- Mobil cetak 3D pertama dalam produksi
- 5% dari produk konsumen dicetak dalam 3D
- 90% dari populasi dengan akses reguler ke Internet
- Mobil tanpa pengemudi populasinya 8% dari semua mobil di di dunia
- Transplantasi pertama dari hati yang dicetak 3D
- Lebih dari 50% lalu lintas Internet ke rumah untuk peralatan dan perangkat
- Akan ada kota pertama dengan lebih dari 50.000 orang dan tidak ada lampu lalu lintas
- Mesin AI pertama pada dewan direksi perusahaan
Batam, perlu berbangga karena salah satu perusahaan yang berada di Batam yaitu Schneider Electrik adalah pusat percontohan ( lighthouse ) satu satunya saat ini di dunia untuk penerapan industri 4.0. Ini memungkinkan Batam memiliki peluang besar untuk pengembangan Industri 4.0.
Lantas, apa hubungannya dengan Ali Fauzi ? Ali Fauzi memang bukanlah pelopor dari Industri 4.0. Ali Fauzi adalah seorang sales di Schneider Electric Batam yang tugasnya memasarkan produk Schneider dengan basis industri 4.0 di kawasan Asia dan sekitarnya. Dan untuk urusan tersebut, Ali Fauzi pada 2018 meraih predikat best of the best sales Schneider.
Karena yang dijual adalah produk dengan basis industri 4.0 dari lighthouse satu satunya di Indonesia, maka otomatis peranan Ali Fauzi dalam memperkenalkan tehnologi industri 4.0 di Indonesia tidak bisa dianggap enteng.
” Di Batam kita sudah mengembangkan pabrikasi dengan tehnologi Industrial Internet Of Thing ( IIoT ). Kemudian ada juga tehnologi Augmented Reality yang memungkinkan bagian operasional dapat mengawasi kegiatan produksi, machinery dan penggunaan energi dengan lebih baik.” demikian Ali menuturkan tentang penerapan Industri 4.0 di Schneider Electric Batam.
lebih jauh Ali juga menjelaskan bahwa Schneider Batam sudah menandatangani MoU dengan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI )Kementrian Perindustrian tentang pengembangan dan penerapan teknologi industri 4.0 dalam rangka implementasi Making Indonesia 4.0. Tujuannya untuk mengembangkan, meningkatkan keterampilan dan optimalisasi penggunaan teknologi industri 4.0 oleh pelaku industri di Indonesia.
” Bahkan saat kedatangan Menteri Perindustrian ke Batam , mereka sempat mencoba salah satu tehnologi yang dikembangkan di Schneider Electric Manufacturing Batam ( SEMB ) yaitu tehnologi Virtual Reality untuk mengontrol kondisi mesin ” tutur Ali yang ternyata besutan dari YPTN ini.
Sebelum menutup kepada beritabatam.com, Ali mengungkapkan bahwa Batam memiliki peluang besar untuk bisa bicara dalam program Revolusi Industri 4.0 di Dunia. Namun sangat disayangkan dirinya, kiblat Industri di Batam justru kembali kepada era 90an.
” Sebagai daerah dengan basis Industri yang besar, penerapan tehnologi 4.0 sangat dimungkinkan terjadi di Batam. Tentunya, jika kita menjadi pioner dalam hal ini maka bisa jadi dunia akan belajar ke Batam tentang pengembangan industri 4.0. Saya sendiri siap melayani siapapun yang ingin tahu tentang Industri 4.0 di Batam. ” demikian Ali menutup kepada beritabatam.com ( 007 )