
![]() |
Kirana Agustina |
INTERNATIONAL | Ancaman sampah plastik di Lautan ternyata menjadi salah satu trending topik isu lingkungan dunia. Atas kepentingan lingkungan laut tersebut, di adakan misi pelayaran dan penelitian oleh para ilmuwan perempuan dari berbagai penjuru dunia bergabung bersama. Event kumpulnya para Ilmuwan ini dinamakan eXXpedition Round the World dimana kegiatannya adalah menempuh jarak 38.000 mil dari Inggris menuju Portugal untuk kemudian kembali ke Inggris. Dan salah satu peserta Ekspedisi laut Sailing Round the World ini adalah Kirana Agustina, dari Indonesia.
“Alhamdulillah, kebetulan Kiran dapat beasiswa dari IMO (International Maritime Organbization/organisasi maritim Internasional) badan PBB yang bermarkas di London, Inggris”. tutur Kiran yang alumnus Strata 2 University College London jurusan lingkungan Politik dan Masyarakat.
Putri bungsu pasangan Ahmad Dermawan dan Lala Amilatun itu mengatakan selama dua minggu dia mengikuti ekspedisi yang akan berlangsung selama dua tahun, dibagi 30 trip.Dari atas kapal SV ‘TravelEdge’, kru ekspedisi akan meneliti plastik yang dinilai jadi kontributor pencemaran di lautan, melalui empat dari lima pusaran samudera dan Arktik.
Kiprah Kirana dalam masalah kelautan tidak perlu diragukan. Kirana menyelesaikan program S2 nya dengan riset berjudul ” sampah laut, Suhu Politik dan Rencana Aksi Indonesia”. Sebelum menyelesaikan S2 Kirana terlibat pada Organisasi kelautan Internasional bernama DOALOS di New York. Tidak hanya itu, berbagai organisasi juga pernah di jajal Kartini satu ini, bahkan juga pernah bekerja di Pemerintahan Indonesia. Kirana juga aktif di LSM Lokal Indonesia yang fokus pada lingkungan dan konservasi Kelautan.
Kiran yang menggemari perjalanan dan fotografi, bersama 30 perempuan lain dari berbagai kewarganegaraan yang ada di Inggris, di antaranya Brazil, Australia, UK, US, Malta, Irlandia, Norwegia, sebelumnya tak pernah membayangkan akan mendapat kesempatan mengarungi lautan bersama perempuan dari berbagai disiplin ilmu, dalam pelayaran yang akan dimulai pada Senin 7 Oktober 2019 mendatang. Jelasnya dengan bersemangat: “Hari ini kami latihan simulasi survival di dalam kelas, dan langsung praktek di kolam”.
Sebelum ekspedisi digelar, akan diawali dengan beberapa acara di antaranya launch summit berkaitan dengan Hari Bahari Internasional (International Maritime Day) yang tema tahun ini ialah Pemberdayaan Perempuan di sektor maritim, juga eXXpedition Party pada 28 dan 29 September malam pekan lalu, dengan pembahasan eXXpedition Summit. Jelas Kiran yang memelajari ilmu kelautan di Universitas Padjadjaran Bandung: “Persoalan sampah plastik di laut merupakan isu bersama, karena sampah di laut tak mengenal batasan wilayah. Selain belum adanya infrastruktur yang baik dalam pengelolaan sampah, Indonesia, juga banyak dapat sampah kiriman yang terbawa arus laut ataupun impor sampah dari negara maju”.
Diakuinya meskipun demikian status Indonesia sebagai salah satu negara penyumbang sampah di laut memberi banyak perubahan dan gerakan positif. Kiran, yang juga pendiri Europeean Trees and Coral for Indonesia, menuturkan bahwa latar belakang pendidikan Ilmu kelautan memberi kesadaran baginya akan potensi besar negara Indonesia pada sumber daya kelautan. Ujar Kiran yang fasih berbahasa Turki, Rusia dan Perancis itu: “Banyaknya sampah di sekitar laut Indonesia akan berdampak pada banyak aspek selain menghambat upaya konservasi, ekonomi negara, bahkan kesehatan generasi mendatang”.
Diharapkan dengan kesertaan Kiran dalam ekspedisi ini dia akan bisa belajar dan melihat langsung permasalahan sampah di laut dan menjadi bagian dari solusi dan membawa solusi nya juga untuk Indonesia tentunya. Kiran mengatakan proses terpilihnya ia mengikuti ekspedisi berawal pada bulan Juli lalu ketika dia menghadiri kegiatan bertajuk London Ocean Drink yang diadakan eXXpedition dan bertemu dengan Emily Penn – direktur dan salah satu pendiri eXXpedition. Tidak lama setelah itu Kiran mendapat tawaran untuk ikut dan kesempatan mendapatkan beasiswa dari salah satu lembaga PBB, International Maritime Organization.
“Tidak menyangka, karena pada awalnya cuma mimpi, apalagi biaya untuk ikut ekpedisi per orang cukup besar,” kata Kiran yang mengaku beruntung mendapat tawaran beasiswa dari IMO. Seluruh kru pelayaran ini adalah perempuan berusia 18 sampai 72 tahun. “Jadi misi ini bener-benar empowering perempuan banget” ujar Kiran yang mendapat beasiswa belajar di Universitas Tomer, Ankara. Turki.
Didirikan pada 2014, eXXpedition adalah organisasi nirlaba yang menjalankan kepeloporan ekspedisi penelitian pelayaran semua-wanita untuk menyelidiki penyebab dan solusi untuk polusi plastik di laut, dan telah menjalankan ekspedisi di seluruh dunia. Penelitian ilmiah sebelumnya menyoroti sifat endemik mikroplastik di lingkungan lautan secara global. Fokus kali ini adalah memajukan pemahaman yang lebih baik tentang keseluruhan masalah plastik dan untuk bekerja dengan industri menunjukkan solusi dan kebijakan tingkat global dengan mengatasi kesenjangan pengetahuan dan memberi bukti informasi solusi yang efektif.
Perjalanan pertama ‘Round the World’ akan menjadi perjalanan yang menyenangkan dan menantang dimulai dari Plymouth ke Azores. Rangkaian pelayaran, eXXpedition bermitra dengan University of Plymouth untuk program pelayaran ilmiah ditambah dengan fakta Plymouth digambarkan sebagai ‘Kota Samudera Britania’ menjadikannya tempat yang tepat untuk menyelipkan garis tambatan pada misi dua tahun di seluruh dunia.
Selama ekspedisi waktunya digunakan untuk mempelajari dan bekerja bersama dengan organisasi lokal untuk melihat beberapa dampak limbah laut di garis pantai AS. Ekspedisi akan menghabiskan kurang dari sembilan hari di laut, berlayar melawan angin lebih dari 1.200 mil laut melintasi Atlantik ke Azores yang merupakan gugusan sembilan pulau, yang berasal dari gunung berapi dan titik api karang laut Atlantik timur laut yang terkenal, dengan garis pantai yang dramatis dan terdapat beberapa satwa liar laut dan hasilnya temuan akan disampaikan kepada penduduk setempat sebagai bagian program yang mereka dapat.
Kiran mengaku bahwa ia ingin melihat Indonesia menjadi negara bahari yang makmur, dan anak-anak Indonesia mencinta laut, karena pada saat ini masih sedikit anak Indonesia yang terjun dan focus di bidang kelautan. ( red )
Baca : sumber berita