
BERITABATAM.COM, JAKARTA – Sejarah Indonesia tidak lepas dari sejarah Nusantara yang diawali dengan berdirinya sebuah kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di tanah Sumatera.
Yah, itu adala Kerajaan Sriwijaya, atau juga disebut Śrīvijaya.
Dikutip dari Wikipedia, Sriwijaya merupakan kerajaan yang banyak memberi pengaruh besar berdirinya Negara-negara di Asia Tenggara di kemudian hari.
Cakupan Asia Tenggara dimaksud, khususnya cakupan Nusantara (berdasarkan peta), ini membentang dari Sumatra Ria dan Kepulauan Riau,Bangka Belitung, Singapura, Semenanjung Malaya (nama lainnya Semenanjung Kra), Thailand, Kamboja, Vietnam Selatan, Kalimanta, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Dalam bahasa sansekerta Sri berarti bercahaya atau gemilang, dan Wijaya berarti kemenangan atau kejayaan, maka nama Sriwijaya bermakna kemenangan yang gilang-gemilang. Lokasi ibukota Sriwijaya dekat dengan Kota Palembang, tepatnya di pinggir Sungai Musi.
Sriwijaya terdiri dari sejumlah pelabuhan yang saling berhubungan di sekitar Selat Malaka.
Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok dari Dinasti Tank, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan.
Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu Prasasti Kedukan di Palembang, bertarikh 682.
Kerajaan Sriwijaya berkembang di abad ke-8 hingga abad ke-12. Diperkirakan masih satu zaman dengan Kerajaan Mataram Hindu.
Kerajaan ini adalah sebuah kerajaan maritim yang mempunyai armada dan aktivitas perdagangan melalui laut yang amat intensif dengan pusat di Muara Sungai Musi, Palembang.
Kerajaan Sriwijaya ini juga menjadi rumah bagi pertumbuhan peradaban berbasis Buddhisme. Sriwijaya mempunyai interaksi perdagangan, pengetahuan dan kebudayaan dengan India, China, Khmer dan Timur Tengah.
Catatan I-Tsing menunjukkan pertalian ini dalam catatan perjalanannya ke Sriwijaya.
Dalam perkembangannya, kebesaran Sriwijaya terletak pada aktivitas dan interaksi maritimnya yang sangat kuat. Kerajaan Sriwijaya didukung dari kekuatan-kekuatan regional seperti India, China, dan Khmer (Kamboja). Jejak-jejak kebesaran ini terdapat pada catatan dan prasasti yang menunjukkan kebesaran Sriwijaya.
Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut karena beberapa peperangan.
Di antaranya tahun 1025 serangan kepada Rajendra CholaI dari Koromandel. Selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya berada di bawah kendali kerajaan Dharmasraya.
Setelah keruntuhannya, kerajaan ini terlupakan dan keberadaannya baru diketahui kembali lewat publikasi tahun 1918 dari sejarawan Prancis George Cœdès dari École française. (***)