
BERITABATAM.COM, Ranai – Masa pandemi memberikan dampak keterpurukan Bangsa Indonesia didalam dunia pendidikan.
Wabah corona virus disease covid-19 yang melanda lebih dari 200 negara di dunia, telah memberikan tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan.
Mengantisipasi penularan virus tersebut pemerintah menjaga dunia pendidikan bisa tetap berjalan dengan baik serta mendukung pemerintah dalam physical distanting ditengah wabah sesuai instruksi Presiden untuk tetap dirumah, belajar dirumah, bekerja dirumah, ibadah dirumah.
Pemerintah sudah memberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) disejumlah wilayah untuk lebih menekan penyebaran virus Corona.
Kerja keras pemerintah Indonesia tidaklah sia-sia dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dan PSBB penyebaran virus corona akhirnya menurun disejumlah wilayah Indonesia, sehingga disejumlah wilayah sudah bisa melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTM) terbatas.
Aturan diberlakukannya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas.
Dikutip dari laman www. Kemdikbud.go.id, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di wilayah level satu sampai dengan tiga, membuka kesempatan bagi satuan pendidikan melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas dengan izin dari pemerintah.
Dari 514 Kabupaten/kota, 471 daerah diantaranya berada diwilayah PPKM level 1-3.Jika dihitung dari jumlah sekolah sebanyak 540 ribu sekolah, 91 persen diantaranya diperbolehkan melakukan PTM terbatas, jadi ada 490.217 sekolah yang diberbolehkan, tentunya pemerintah sudah melakukan kajian khusus hingga terlaksananya PTM terbatas.
Berdasarkan Studi Direktur Sekolah Dasar
Dikutip dari laman ditpsd.kemdikbud.go.id, Direktur Sekolah Dasar, Kemendikbudristek, Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd mengatakan adanya perbedaan akses dan kualitas selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) pada masa pandemi mengakibatkan kesenjangan capaian belajar, terutama untuk anak dari sosio-ekonomi yang berbeda.
”Studi menemukan bahwa pembelajaran dikelas menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik dibandingkan dengan PJJ. Kekerasan pada anakpun kerap terjadi selama PJJ, baik kekerasan di rumah tanpa terdeteksi oleh guru maupun cyberbullying. Belum lagi risiko eksternal terjadi ketika anak tidak lagi datang ke sekolah. Terdapat peningkatan resiko untuk pernikahan dini, eksploitasi anak terutama perempuan dan kehamilan remaja“.
Bupati Natuna Berdasarkan Surat Edaran Gubernur Kepulauan Riau
Bupati Natuna menindaklanjuti Surat Edaran Gubernur Kepulauan Riau Nomor : 590/SET-STC19/IX/2021 tanggal 21 september 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 Serta Mengoptimalkan Posko Penanganan Corona virus Disease 2019 ditingkat Desa dan Kelurahan untuk pengendalian Penyebaran Corona virus disease 2019 di Provinsi Kepulauan Riau, Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas dilaksanakan tanggal 4 Oktober 2021.
Syarat pertama yang harus dipenuhi oleh satuan pendidikan untuk melaksanakan PTM terbatas adalah masuk diwilayah PPKM level 1-3.Syarat kedua adalah Tenaga pendidik sudah melaksanakan Vaksin, dan syarat yang ketiga adalah haus melakukan protokol kesehatan.
SMPN 2 Bunguran Timur termasuk salah satu sekolah yang melaksanakan PTM terbatas di Kabupaten Natuna.
Permasalahan yang dihadapi Guru dalam Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas
Pelaksanaan Pembelajran Tatap Muka (PTM) terbatas sudah berjalan lebih kurang dua bulan, sebelumnya pembelajaran diawal tahun ajaran 2021/2022 dilaksanakan secara BDR.
Berbagai permasalahan yang dirasakan oleh guru dalam mendidik dan memberikan materi pembelajaran dimasa pandemi ini.
Pada pembelajaran secara daring atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau lebih dikenal dengan Belajar Dari Rumah (BDR) kendala yang dihadapi guru matematika SMPN 2 Bunguran timur hanya 15 persen peserta didik dalam setiap kelas mengerjakan tugas yang diberikan melalui classroom,Whatshap grup, telepon, livechat, selebihnya mereka tidak mengerjakan sama sekali tugas yang diberikan guru.
Pada pembelajaran tatap muka terbatas tentu masalah utamanya adalah keterbatasan waktu dalam memberikan materi pembelajaran.
Peserta didik melaksanan PTM terbatas setiap individu ataupun perkelas hanya tiga kali dalam seminggu, dengan durasi waktu satu jam pelajaran hanya 30 menit, sebelum pandemi satu jam pelajaran adalah 45 menit artinya peserta didik hanya 4 jam berada di sekolah, selebihnya tentu berada di rumah.
Pelajaran matematika setiap kelas hanya melaksanakan tatap muka satu kali dalam satu minggu,begitu juga dengan pelajaran lainnya.
Tentunya untuk keluasan dan kedalaman pemahaman materi sangat kurang dirasakan oleh peserta didik.
Seorang guru harus mencari strategi khusus dalam pembelajaran.agar dengan waktu yang singkat peserta didik faham dengan materi yang disampaikan.
Permasalahan lainnya yang dihadapi seorang guru, khususnya guru matematika di SMPN 2 Bunguran timur adalah terjadinya penurunan minat belajar peserta didik, ada beberapa orang peserta didik jarang hadir dan ada juga yang tidak hadir selama PTM terbatas dilaksanakan bahkan ada yang tidak mau datang ke sekolah lagi.
Apa yang disampaikan, Direktur Sekolah Dasar, Kemendikbudristekdikti, Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd, benar-benar sudah terjadi di SMPN 2 Bunguran Timur.
Faktor penyebab menurunnya minat belajar Peserta Didik
Berdasarkan hasil wawancara individu kepada peserta didik faktor penyebab terjadi penurunan minat belajar disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal dari peserta didik itu sendiri.
Akibat terlalu lama peserta didik melaksanakan Belajar Dari Rumah (BDR) terjadi faktor penyebab internal yaitu kurangnya kontrol dan pengawasan selama dirumah, kurangnya motivasi belajar, kurangnya dukungan keluarga dan faktor ekonomi keluarga. Adapun penyebab dari faktor eksternal adalah pengaruh lingkungan.
Tugas Guru dan Orang Tua dalam membangun minat belajar peserta didik tugas guru selalu mengingatkan peserta didik akan pentingnya sekolah dan selalu memberikan motivasi dan semangat kepada peserta didik dan membangun kembali minat belajar peserta didik yang sudah dikatakan hilang selama pandemi.
Dengan adanya permasalah seperti ini sebagai guru tentunya lebih menumbuhkan dan mengembalikan kembali minat belajar peserta didik dibandingkan mencapai target keberhasilan pencapain materi.
Bagaimana hasil bisa maksimal dalam pembelajaran apabila minat belajar sudah hilang, tentunya mustahil bisa dicapai.
”Peserta didik cukup hadir saja di sekolah kami sebagai guru sudah senang, apalagi bisa mengikuti pelajaran dengan baik,”.
Peserta didik jangan diberikan dengan beban materi yang berlebih dimasa pandemi karena akan menurunkan imun tubuh.
Sering berdiskusi dalam belajar, berikan senyuman dan sedikit humor agar mereka selalu ingin hadir di sekolah, jangan dibebankan dengan tugas-tugas yang berlebihan sehingga mereka takut hadir di sekolah karena dituntut menyelesaikan tugas-tugas, biarkan mereka merasakan relaksasi belajar semasa pandemi.
Dukungan orang tua sangat diperlukan bagi peserta didik yang minat belajarnya dikatakan hampir hilang, “keberhasilan seorang anak lebih besar dikedua tangan orang tuanya,”.
Guru hanya orang tua kedua bagi anak didiknya,perhatian orang tua sangat diperlukan bagi anak didik yang minat belajaranya sudah dikatakan hampir hilang. (jos/hms)
Disusun Oleh : Widyawati, ST / Guru SMPN 2 Bunguran Timur