
BERITABATAM.COM, Jakarta – Kehidupan warga di Lebanon saat ini sangat memilukan, tak terkecuali anak-anak yang terancam mendapat perlakukan kekerasan dampak krisis ekonomi yang melanda negara itu.
Atas kondisi ini, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres akan melakukan perjalanan ke Lebanon pada hari Minggu, 19 Desember 2021 untuk kunjungan resmi ke negara itu.
Perjalanan Guterres ke Lebanon sebagai bentuk solidaritas dan pemberian dukungan pada Lebanon dan rakyatnya di tengah krisis ekonomi yang melanda.
Hal itu disampaikan oleh Kantor Informasi PBB di Beirut mengenai rencana kunjungan Guterres.
Sebelumnya, Najat Maalla M’jid, selaku Perwakilan Khusus Sekjen tentang Kekerasan Terhadap Anak, telah melakukan kunjungannya ke Lebanon untuk membahas tentang dampak besar krisis ekonomi, sosial dan pandemi pada anak-anak, terutama bagi keluarga mereka yang tidak mampu.
Pertemuan M’jid dilakukan bersama Presiden Lebanon, Michel Anoun, dan Perdana Menteri, Najib Mikati.
Dalam kunjungannya, M’jid bersama Presiden dan Perdana Menteri juga membahas tentang perlindungan anak dari ancaman kekerasan.
Mereka pun mencari cara untuk mendukung dan mempercepat pengaktifan kebijakan nasional sebagai cakupan sosial dan perlindungan anak.
United Nations Children’s Fund (UNICEF) telah melaporkan bahwa anak-anak di Lebanon berada dalam bahaya.
Sebanyak 15 persen keluarga di Lebanon menghentikan pendidikan bagi anak-anak mereka, dan 30 persen anak-anak tidak mendapatkan perawatan kesehatan yang dibutuhkan.
Selain itu, Perdana Menteri, Najib Mikati, mengatakan hingga Kamis, sebanyak 239 ribu orang telah mendaftar di platform Program Keluarga Termiskin, dan 166 ribu di antaranya memenuhi syarat yang diperlukan.
Bantuan yang akan diberikan kepada keluarga yang memenuhi syarat adalah dana sebesar 125 dolar setiap sebulan selama setahun, dan telah didukung oleh Bank Dunia.
Mikati juga mengatakan bahwa ada program Kartu Jatah pada platform yang sama dan telah mencakup lebih dari 500 ribu keluarga di Lebanon.
Bank Dunia menggambarkan bahwa krisis ekonomi di Lebanon merupakan salah satu krisis ekonomi terparah sejak pertengahan abad 19.
Nilai dolar di Lebanon pun hampir mencapai 29 ribu pound Lebanon di pertengahan minggu, namun intervensi Bank Sentral Lebanon menguranginya menjadi sekitar 26 ribu pound.
Dalam laporan yang diterbitkan oleh UNICEF pada November, menyatakan bahwa lebih dari 30 persen keluarga memiliki setidaknya satu anak yang melewatkan makan.
Sementara 77 persen keluarga lainnya mengatakan mereka kekurangan makanan, dan 60 persen dari mereka membeli makanan dengan cara meminjam uang. (***)
Artikel ini telah terbit di mediakepri.co dengan judul Anak-anak Terancam Jadi Korban Kekerasan Akibat Krisis Ekonomi Lebanon