
BERITABATAM.COM, Jakarta – Peristiwa serangan Oemoem 1 Maret 1949 adalah menjadi bagian dari penggalan sejarah Bangsa Indonesia.
Ada hal yang menarik dan sebuah catatan yang tidak kalah menarik, pada bagian lain selain dengan serangan oemoem 1 Maret
Yang jadi hal yang patut disimak yakni jauh sebelum dilakukannya serangan oemoem 1 Maret 1949 itu.
Dimana, Soeharto menghadap Panglima TKR Jendral Soedirman. Dalam pertemuan ini ada kisah menarik.
Saat menghadap Jendral Soedirman yang diangkat jadi Panglima TKR oleh Presiden Soekarno ini, Soeharto menyampaikan langkah perjuangannya.
Dihadapan Jendral Soedirman, Soeharto, seorang tentara gerilya ini ingin menyerang Belanda.
“Pak, Saya ingin menyerang Belanda di Yogyakarta,” ucapan Soeharto dengan semangat berapi-api.
Hal yang disampaikan Soeharto itu dijawab dengan singkat oleh Jendral dan membakar semangat Soeharto.
“Iya, silahkan. Kalau kamu sukses, maka kamu akan jadi orang. Tapi, kalau gagal, saya tidak ingin melihat orang yang menanggung, ada di hadapan saya,” jawab Jendral Soedirman kepada Soeharto.
Jawaban yang singkat, padat, tapi sangat tandas yang diberikan Jendral Soedirman.
Dalam penuturan Soeharto saat itu, sesudah mendapat restu yang tandas dari Jendral Soedirman.
Lalu, selanjutnya Doeharto bertemu dengan Sultan HB IX, di Keraton Yogyakarta.
Saat itu, Yogyakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia sejak 4 Januari 1946.
Dimana Yogyakarta saat itu, memiliki peran yang sangat strategis dalam proses perjuangan Bangsa Indonesia.
Jendral Soedirman menunjuk Soeharto sebagai Komandan Pasukan Keamanan Ibu Kota Yogyakarta.
Pertimbanganya, Soeharto merupakan putera kelahiran Yogyakarta.
Sehingga lebih mengetahui wilayah Yogyakarta dan memiliki pergaulan dengan masyarakat Yogyakarta.
Sebagai putera asli Yogyakarta, ketika Soeharto mengemban tugas dan memberi perlawanan kepada Belanda, tidak akan mengalami kesulitan berkomunikasi dalam membangun kerjasama dengan rakyat.
Pasukan penyerang yang dipimpin Soeharto dalam wilayah itu, adalah wilayah tugas Soeharto, bukan orang lain.
Di hadapkan dengan kebijaksanaan Belanda pada masa itu, masing masing wilayah akan menjadi daerah perang, sehingga harus bertempur dengan pasukan Belanda.
Antara lain daerah Temanggung, Banyumas, Magelang, Purworejo, Klaten, serta Solo.
Serangan ini bertujuan menyerang kekuasaan Belanda di Yogyakarta, inisiatif dan perencanaanya muncul setelah kota Yogyakarta ditinggalkan TNI akibat Agresi Militer II Belanda. (bagus/hs)