
BERITABATAM.COM, Natuna – Sebanyak 300 anggota TNI dari Batalyon Komposit 1/Gardapati diturunkan untuk menghancurkan kelompok Insurjensi yang ingin menguasai sebagian dari Kabupaten Natuna.
Penghancuran ini melibatkan seluruh kecabangan yang dimiliki Batalyon Komposit 1/Gardapati yaitu Infanteri, Zipur, Arhanud dan Armed serta alutsista yang dimiliki.
Selama 5 hari operasi tersebut digelar, bertujuan untuk merebut kembali Pulau Natuna menjadi bagian dari NKRI.
Rangkaian cerita diatas merupakan skenario latihan Uji Siap Tempur (UST) Peleton/Seksie terintegrasi antar kecabangan Batalyon Komposit 1/Gardapati.
Latihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan teknik, taktik dalam manuver pada operasi serangan tingkat Peleton/Seksi yang diperkuat dengan unsur-unsur Bantuan Tempur.
Selain itu, latihan ini juga bertujuan untuk mengukur sejauh mana hasil dari pembinaan latihan yang sudah dilaksanakan di satuan.
Komandan Batalyon (Danyon) Komposit 1/GP, Mayor Inf Saiful Rizal mengatakan, Uji Siap Tempur Ton/Sie terintegrasi merupakan latihan gabungan antar kecabangan tingkat peleton yang dilaksanakan oleh Satuan Yonkomposit 1/ GP dalam tugas Operasi Lawan Insurjensi .
“Latihan dilakukan dengan memanfaatkan medan di pulau Natuna yang merupakan pulau terluar NKRI,” ucapnya.
Latihan yang digelar menitik beratkan kepada tugas dan kemampuan satuan setingkat peleton.
Para Danton dituntut mampu memimpin sebuah operasi, mulai dari tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan sampai dengan tahap akhir.
Danyon berharap dengan latihan tersebut, kemampuan daya gerak, daya tempur pasukan dan alutsista dapat dimaksimalkan secara cepat dan tepat guna menjaga stabilitas keamanan di wilayah kepulauan Natuna.
Dikutif dari berbagai sumber, Insurjensi adalah merupakan salah satu wujud peperangan asimetris.
Fenomena gerakan insurjensi pada prinsipnya adalah perjuangan politik yang di lakukan oleh sekelompok masyarakat dalam suatu wilayah negara terhadap pemerintah yang memiliki suatu otoritas yang berdaulat.
Insurjensi merupakan gerakan politik sebagai hasil dari ketidakpuasan dan penolakan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah di suatu negara. (redaksi)