
BERITABATAM.COM, Jakarta – Dalam dunia penerbangan, kecelakaan yang dialami oleh Swissair Penerbangan 111 menjadi catatan sejarah.
Dimana, dalam kecelakaan yang dialami Swissair dengan penerbangan 111 menewaskan ratusan penumpangnya.
Karena mengalami kerusakan mesin, penerbangan yang sudah mendapat laik terbang itu kecelakaan dan hancur berkeping-keping.
Dari catatan wikipedia.org, Swissair Penerbangan 111 merupakan penerbangan pesawat McDonnell Douglas MD-11 dari maskapai Swissair dari Bandara Internasional John F. Kennedy di New York, Amerika Serikat ke Bandara Internasional Cointrin di Jenewa, Swiss.
Pada tanggal 2 September 1998, pesawat MD-11 yang digunakan dalam penerbangan ini jatuh di Samudera Atlantik, sebelah barat daya Bandara Internasional Halifax, Nova Scotia, Kanada.
Pesawat hancur berkeping-keping ketika menghantam air dan menewaskan semua orang di dalamnya yang berjumlah 229 orang (215 penumpang dan 14 awak). Kecelakaan ini adalah kecelakaan terburuk yang melibatkan pesawat MD-11.
Penerbangan ini dikenal dengan istilah UN Shuttle karena lazim digunakan oleh para pejabat dan staf PBB untuk bepergian ke markas besar PBB di Jenewa.
Pesawat yang digunakan dalam penerbangan ini adalah MD-11 bernomor seri 48448, ditenagai tiga mesin Pratt & Whitney PW4462, diproduksi dan mulai aktif di Swissair pada tahun 1991 dengan registrasi HB-IWF, serta diberi nama hidung Vaud.
Pada saat kecelakaan, pesawat ini telah mengantongi 36.041 jam terbang. Pesawat ini berkapasitas 241 kursi dengan konfigurasi 12 kursi kelas utama, 49 kursi kelas bisnis, dan 180 kursi kelas ekonomi. Seluruh kursi di kelas utama dan bisnis telah dilengkapi dengan sistem layanan hiburan personal.
Pesawat membawa 14 orang awak yang terdiri dari 2 pilot dan 12 awak kabin. Pimpinan penerbangan adalah Kapten Urs Zimmermann dibantu Kopilot Stefan Loew.
Kapten Zimmermann juga merupakan instruktur penerbang utama untuk MD-11 di Swissair.
Pesawat lepas landas dari Bandara John F. Kennedy pada pukul 20.18 waktu setempat. Pada pukul 22.10 waktu setempat di ketinggian 33.000 kaki, Kapten Zimermann dan Kopilot Loew mencium bau asap di kokpit.
Mereka memperkirakan bau tersebut berasal dari sistem pendingin udara. Untuk mengatasinya, Zimmermann meminta salah satu awak kabin untuk menutup saluran pendingin udara.
Namun, setelah melihat asap yang mulai bermunculan, mereka mulai menyadari bahwa ada kabel yang terbakar dan mengabarkan adanya masalah serius dalam penerbangan (Pan-Pan), serta meminta izin untuk mengalihkan penerbangan dan mendarat darurat ke Bandara Internasional Logal, Boston, yang berjarak 560 km.
Pengontrol lalu lintas udara Moncton yang menangani Penerbangan 111 pada saat itu lalu menawarkan alternatif bandara yang lebih dekat, yaitu Bandara Halifax di Nova Scotia, Kanada, yang hanya berjarak 104 km.
Kopilot Loew ditugaskan untuk mendaratkan pesawat itu, sementara Kapten Zimmermann memeriksa checklist untuk situasi asap di kokpit.
Kapten Zimmermann perlu waktu 20 menit untuk menyelesaikan checklist tersebut, dan hal ini kemudian menjadi salah satu sumber kontroversi dalam penyelidikan kecelakaan.
Mereka memberitahukan kepada ATC bahwa pesawat mereka perlu membuang bahan bakar. Akhirnya mereka mematikan listrik di kabin, yang juga mematikan kipas sirkulasi (seperti dalam daftar periksa).
Tindakan ini menyebabkan asap kabin memasuki kokpit dan merusak sistem instrumen pengendali pesawat.
Kopilot lalu mengumumkan keadaan darurat (mayday) dan berusaha mengontrol pesawat itu sendirian (Kapten Zimermann berusaha memadamkan api dalam kokpit, tetapi tak pernah kembali ke kursinya.
Tidak diketahui apakah ia meninggal karena menghirup asap atau benturan saat pesawat ini jatuh.
Pesawat itu menukik tajam dan jatuh di Samudera Atlantik. Seluruh penumpang dan awaknya tewas. (redaksi)