BERITABATAM.COM, Jakarta – Perdagangan karbon adalah sebuah mekanisme yang dirancang dan diimplementasikan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Dengan sistem ini, sebuah entitas, baik perusahaan atau negara, diberikan kuota emisi karbon atau disebut juga kredit karbon.
Secara singkat, jika sebuah entitas memproduksi lebih sedikit emisi dari pada kuota tersebut, kuota kredit karbon yang tidak digunakan itu dapat diperdagangkan kepada entitas lain yang membutuhkan kuota lebih banyak.
Oleh karena itu, tujuan utama dari perdagangan karbon adalah untuk mendorong perusahaan dan negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca mereka.
Teknologi Blockchain
Dalam pelaksanaan dan penerapan perdagangan karbon mutlak dibutuhkan teknologi untuk mendukung dan menjamin suksesnya program ini.
Teknologi blockchain memiliki potensi untuk merevolusi dan mempermudah dalam menangani perdagangan karbon.
Dengan menggunakan teknologi blockchain, dimungkinkan untuk melakukan pencatatan transaksi secara aman, transparan, dan terdesentralisasi untuk mengefisienkan proses transaksi.
Sejak diperkenalkan pertama sekali pada tahun 2008 sebagai teknologi dasar untuk mata uang kripto Bitcoin, blockchain telah berkembang dan banyak diaplikasikan di berbagai sektor, seperti manajemen rantai pasokan, keuangan dan perbankan, sertifikasi dan identitas digital, kesehatan dan desentralisasi energi.
Secara singkat dapat dijelaskan, blockchain adalah rangkaian rantai (chain) dari blok-blok data (blocks) yang saling terhubung.
Pada setiap blok menyimpan sekumpulan informasi, termasuk (1) data transaksi – waktu, jumlah, dan pihak yang terlibat, (2) Hash kriptografis dari blok sebelumnya yang menghubungkan blok-blok dalam rantai, (3) Menggunakan mekanisme konsensus agar terdesentralisasi dan aman – untuk memvalidasi transaksi dan blok baru.
Akibatnya setiap terjadi transaksi baru akan diverifikasi oleh jaringan komputer yang tersebar (nodes) melalui mekanisme konsensus.
Setelah proses verifikasi, transaksi tersebut akan dimasukkan ke dalam blok baru untuk kemudian ditambahkan ke dalam rangkaian rantai.
Blockchain dalam Perdagangan Karbon
Blockchain dapat memberikan solusi yang efektif dan efisien dalam mendukung sistem perdagangan karbon yang transparan, terlacak, dan aman.
Manfaat utama penggunaan blockchain dalam perdagangan karbon meliputi transparansi, efisiensi, serta kemudahan penelusuran dan integrasi dengan energi terbarukan.
Dalam hal transparansi perdagangan karbon, blockchain mencatat seluruh riwayat transaksi perdagangan karbon secara transparan, sehingga memudahkan penelusuran asal-usul kepemilikan kredit karbon.
Selain itu teknologi blockchain dapat mencegah terjadinya double counting, di mana satu kredit karbon tidak dapat diperjualbelikan lebih dari satu kali.
Dan pada akhirnya, ini akan menjamin integritas data dan mencegah pemalsuan atau manipulasi data dalam perdagangan karbon.
Teknologi blockchain juga akan meningkatkan efisiensi perdagangan karbon.
Hal ini akan tercapai dengan diterapkannya smart contract pada blockchain.
Pemanfaatan smart contract ini dapat mengotomasi proses pemberian insentif dan reward secara langsung, tanpa perlu intervensi pihak ketiga.
Eksekusi kontrak jual-beli karbon dapat dilakukan secara otomatis dan cepat melalui smart contract, sehingga mengurangi waktu dan biaya transaksi.
Selain itu, dengan memanfaatkan teknologi blockchain dapat memfasilitasi perdagangan energi terbarukan antar-peer secara langsung, tanpa birokrasi yang rumit.
Lebih jauh dalam hal transparansi, pemanfaatan teknologi blockchain dalam perdagangan karbon memiliki keunggulan untuk pelacakan kepemilikan kredit karbon secara real-time.
Hal ini dimungkinkan karena kredit karbon dapat ditokenisasi sebagai aset digital, yang dapat dilacak mulai dari proses penciptaan hingga penggunaannya.
Oleh karena itu, setiap kredit karbon dapat dipastika berasal dari sumber yang valid dan sudah diverifikasi.
Tokenisasi kredit karbon juga akan membuka peluang pembiayaan baru dan mempermudah dalam proses perdagangan global.
Tokenisasi juga dapat memfasilitasi proses integrasi energi terbarukan ke dalam grid listrik dan perdagangan energi secara peer-to-peer.
Manfaat dan Tantangan Penerapan Blockchain dalam Perdagangan Karbon.
Beberapa contoh yang sudah merasakan memanfaatkan blockchain untuk perdagangan karbon seperti IBM yang menggunakan blockchain untuk memperdagangkan kredit karbon secara lebih transparan dan efisien.
Selain itu, perusahaan seperti Veridium sudah menggunakan blockchain untuk melakukan pelacakan dan perdagangan offset karbon yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar.
Secara umum dalam ekosistem perdagangan karbon yang lebih besar, teknologi blockchain akan memberikan manfaat bagi berbagai pemangku kepentingan.
Pertama, bagi penjual kredit karbon akan memperoleh jejak audit yang transparan dan dapat dipercaya, serta pembayaran yang lebih cepat.
Kedua, pihak pembeli kredit karbon akan mendapatkan kredibilitas dan kepastian pada asal-usul kredit karbon yang dibelinya.
Ketiga, regulator dalam hal ini negara juga akan mendapatkan manfaatnya dengan memiliki data perdagangan karbon real-time yang akurat untuk memantau dan mengatur pasar karbon secara nasional maupun internasional.
Keempat, para pemilik modal dapat berinvestasi pada aset digital (tokenisasi aset) kredit karbon sebagai instrumen pembiayaan baru.
Walau pun begitu, ada beberapa tantangan dalam penerapan blockchain pada perdagangan karbon. Beberapa di antaranya seperti:
Regulasi.
Penggunaan blockchain dalam perdagangan karbon harus sesuai dengan regulasi dan kebijakan perdagangan karbon secara nasional dan global.
Adopsi teknologi.
Dibutuhkan infrastruktur dan integrasi yang memadai agar blockchain dapat diadopsi dan diaplikasikan secara luas.
Keamanan data. Menjaga keamanan data transaksi dan mencegah serangan siber merupakan isu krusial.
Penutup
Blockchain adalah revolusi teknologi yang menawarkan cara baru untuk dalam pencatatan dan verifikasi transaksi dengan cara yang lebih aman, transparan, dan efisien.
Secara keseluruhan, penerapannya dalam perdangan karbon dapat membantu mempercepat transisi ke ekonomi rendah karbon dan ekonomi hijau.
Blockchain dapat memungkinkan integrasi pasar karbon global yang lebih terhubung.
Tokenisasi kredit karbon akan membuka peluang baru dalam skema pembiayaan hijau.
Pada akhirnya, blockchain dapat memberdayakan komunitas lokal dalam proyek karbon melalui transparansi dan insentif.
Namun, penerapan teknologi blockchain dalam perdagangan karbon masih menghadapi tantangan seperti masalah skalabilitas pada teknologinya dan regulasi yang mendukung penerapan teknisnya.
Penulis:
Thalhah Fakhrizal, Direktur Utama – PT Jabar Telematika Bobby Fachrizal Assiddiq, Pemerhati Isu Lingkungan – PT Labsistematika Indonesia. (***)