
BERITABATAM.COM – Pemimpin menurut Suradinata (1997:11) berpendapat bahwa pemimpin adalah orang yang memimpin kelompok dua orang atau lebih, baik organisasi maupun keluarga.
Di dalam kehidupan pemimpin merupakan sosok yang didengar, disegani dan dipatuhi oleh anggota.
Biasanya pemimpin ada di dalam sebuah kelompok, lembaga, organisasi dan lainnya.
Setiap orang ditakdirkan untuk menjadi pemimpin karena setiap individu adalah pemimpin untuk dirinya sendiri, sedangkan untuk sebuah kelompok misalnya memimpin di dalam keluarga.
Tentu dalam kepemimpinan seorangpun pemimpin harus memiliki manajemen yang baik karena manajamen kepemimpinan yang baik tentu akan menghasilkan kesejahteraan bagi individu maupun anggota kelompok yang sedang dipimpin.
Perfeksionisme sifat seseorang yang menuntut diri sendiri dan orang lain untuk mencapai standar yang tinggi dan sempurna.
Karena di dalam pemikiran orang yang perfeksionis tentu kesalahan adalah hal yang tidak boleh dilakukan karena dengan kesalahan biasanya orang yang memiliki sifat perfeksionis apabila membuat kesalahan akan merasa tertekan, tidak baik dan juga bersalah.
Tentu banyak faktor yang mengakibatkan orang bersifat perfeksionis diantaranya lingkungan, pergaulan, keturunan dan lainnya.
Sifat perfeksionis biasanya memiliki plus dan minus bagi individu seseorang.
Karena perfeksionis bisa mengantarkan seseorang untuk sebuah keberhasilan dan bisa juga mengantarkan seseorang ke jurang kegagalan.
Kenapa pemimpin dan perfeksionisme itu ada kaitan? Tentu hal ini menjadi sebuah pertanyaan bagi semua orang.
Jawabannya adalah perfeksionisme tidak bisa dipakai dalam dunia kepemimpinan secara terus menerus.
Menurut pandangan penulis sikap perfeksionisme yang dicanangkan oleh seorang pemimpin dalam suatu kelompok/organisasi sah-sah saja dilakukan karena dengan perfeksionisme bisa menjadikan seseorang menjadi yang terbaik, tercepat dan bahkan bisa mengantarkan kelompok tersebut mencapai keberhasilan.
Tetapi hal ini bisa menjadi bumerang karena sifat perfeksionis dari seorang pemimpin akan bisa menjadi pisau bermata dua bagi pemimpin tersebut.
Perfeksionisme merupakan sikap seseorang yang memiliki standar di dalam suatu keberhasilan.
Karena di dalam sebuah kelompok tidak semua orang bisa menerapkan sikap perfeksionisme karena setiap pemikiran anggota kelompok tersebut berbeda-beda antara satu dengan lainnya.
Hal ini yang bisa saja menimbulkan kekacauan karena dalam kelompok tersebut tidak sejalan antara pemimpin dengan anggota.
Dalam hal ini anggota kelompok tentu tidak semua bisa mendengar masukan yang diberikan oleh pemimpinnya.
Penulis juga pernah melihat di dalam satu kelompok pemimpin yang perfeksionisme terhadap semua hal.
Dimulai dari menjadi yang tercepat, terbaik bahkan sangat ingin dihargai.
Hal ini yang menurut pandangan penulis sangat tidak etis dilakukan dalam kelompok tersebut karena menurut penulis sikap perfeksionisme pemimpin akan menyebabkan kehancuran bagi kelompok tersebut.
Seringkali penulis melihat, pemimpin tersebut menjadi bahan olok-olokan bagi anggota nya karena tidak sejalan dengan pemikiran para anggota.
Ujung-ujungnya semua capaian dan target dari pemimpin tersebut menjadi kacau.
Contoh kasus diatas merupakan akibat yang ditimbulkan apabila seorang pemimpin memiliki sikap perfeksionisme.
Karena tidak sejalan dengan anggota dan juga tidak satu tujuan maka hal ini akan membuat kekacauan bahkan bisa saja merusak citra pemimpin itu sendiri.
Karena setiap anggota yang tidak suka dengan kepemimpinan perfeksionisme tentu bisa saja menyebabkan anggota tidak akan menjalankan perintah yang diberikan oleh seorang pemimpin.
Hal ini yang menjadi bumerang bagi pemimpin tersebut di hadapan orang banyak.
Tetapi dari contoh kasus diatas, tentu kepemimpinan perfeksionisme memiliki hal yang baik, karena biasanya orang yang perfeksionisme memiliki pemikiran ingin menjadi terdepan, terbaik dan ingin dilihat semua orang.
Hal ini harus sejalan dengan semua anggota dan juga tujuan yang dicapai.
Tetapi apabila pemimpin tersebut tidak bisa mengendalikan anggota tentu hanya tinggal menunggu waktu untuk kehancuran bagi kelompok tersebut.
Sikap perfeksionisme bisa mengantarkan kelompok tersebut menjadi kelompok yang bisa dipandang dan juga menjadi kelompok yang paling hebat, terbaik dan lainnya.
Karena keberhasilan dari suatu kelompok untuk mencapai tujuan adalah berkat pemimpinnya dan dibarengi dengan satu tujuan dan sikap perfeksionisme.
Untuk itu, sikap perfeksionisme tentu bisa saja dipakai dalam dunia kepemimpinan asalkan setiap anggota mematuhi dan segan terhadap pemimpinnya.
Karena pemimpin yang biasanya disukai oleh anggota kelompok akan bisa melaksanakan gaya kepemimpinan yang perfeksionisme ini.
Berbeda halnya dengan pemimpin yang tidak menjalankan gaya kepemimpinan perfeksionisme, hal ini memiliki waktu proses untuk mencapai keberhasilan yang lama, karena setiap proses pemimpin yang perfeksionisme memiliki tujuan dan maksud yang agak dipaksakan.
Hal ini yang membuat anggota kocar-kacir karena kepemimpinan yang bersifat perfeksionisme tersebut.
Kalau kita menjadi seorang pemimpin jalan mana yang kita pilih? Tentu sesuai dengan kemampuan anggota dan menjadi pemimpin yang perfeksionisme tidak bisa dipaksakan dalam suatu kelompok.***
Penulis:
Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau Universitas Andalas Abdul Jamil Al Rasyid