
BERITABATAM.COM – Tahun ini, Hari Guru Nasional (HGN) yang diperingati 25 November 2024 mengambil tema “Guru Hebat, Indonesia Kuat.”
Sebuah tema yang mengindikasikan pentingnya guru yang berkompeten atau berkualitas untuk melahirkan generasi muda unggul, sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang kuat.
Selain mengapresiasi dan menghargai para guru, momentum Hari Guru Nasional 2024 mengajak kita memikirkan bagaimana cara mendorong kualitas guru.
Di satu sisi, kita juga masih dihadapkan pada persoalan kekurangan guru.
Data BPS 2024 menyebut jumlah guru di Indonesia sekitar 3,3 juta, sedangkan kebutuhan idealnya sekitar 4,2 juta guru.
Tak hanya dari segi kuantitas, problem guru juga dalam hal kualitas.
Ini bisa dilihat misalnya dari hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) dari 2015 sampai 2021 yang menyebutkan jumlah guru di Indonesia yang tidak mencapai nilai minimum mencapai 81%.
Sedangkan Hasil Ujian Nasional (UN) tahun 2022, rata-rata nilai guru di Indonesia 54,6 di bawah standar minimal 55.
Kondisi tersebut harus menjadi perhatian serius. Upaya-upaya meningkatkan kualitas guru harus dilakukan demi lahirnya generasi penerus bangsa yang unggul.
Lantas, apa saja strategi untuk meningkatkan mewujudkan guru-guru yang berkualitas?
Tentu ada banyak hal yang bisa dilakukan dari berbagai perspektif.
Namun, di sini penulis hendak fokus pada satu aspek penting, yakni kolaborasi.
Kolaborasi
Di era digital di mana segala hal terhubung seperti sekarang, kolaborasi menjadi kata kunci mempercepat proses pembangunan di berbagai bidang.
Tanpa terkecuali untuk membangun sumber daya pendidik di Indonesia.
Lewat kolaborasi, ada penggabungan sumber daya, keahlian, dan perspektif yang beragam untuk mengatasi persoalan-persoalan dan tantangan masa depan bagi para guru.
National Commission on Teaching & America’s Future menyimpulkan bahwa kolaborasi adalah kunci untuk karir guru yang bermanfaat dalam mengajak dan mempertahankan profesionalisme guru, berdampak pada pengajaran yang lebih baik dan pembelajaran siswa yang lebih dalam (Glazier et al., 2016).
Bahkan menurut Barfield (2016), kolaborasi guru merupakan pendorong utama perubahan pendidikan melalui kompetensi guru.
Pertanyaannya, kolaborasi seperti apa yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kompetensinya, dan dengan pihak mana saja?
Salah satu program yang bisa memberi gambaran bagaimana prinsip kolaborasi dijalankan dengan baik adalah Guru Penggerak, sebuah program peningkatan kualitas guru meliputi pelatihan daring, lokakarya, konferensi, hingga pendampingan.
Dalam program Guru Penggerak, prinsip kolaboratif guru adalah tentang kemampuan membangun kerjasama positif dan harmonis dengan berbagai pihak.
Mulai dari rekan sejawat, murid, orangtua murid, komite sekolah, organisasi pendidikan, Dinas Pendidikan, serta berbagai pihak terkait lainnya (pusdatin.kemdikbud.go.id).
Kolaborasi guru dengan teman sejawat dilakukan melalui diskusi rutin dan pembelajaran tim, di mana guru dapat saling bertukar pengalaman, berbagi pemikiran serta mencari solusi atas berbagai kendala yang dihadapi.
Kolaborasi dengan orang tua siswa dilakukan untuk melibatkan mereka dalam setiap tahap perjalanan belajar anak.
Sedangkan kolaborasi dengan dinas atau instansi dilakukan dengan komunikasi, koordinasi, maupun advokasi.
Kolaborasi positif yang sinergis antara guru dengan berbagai stakeholder pendidikan pada gilirannya akan menciptakan ekosistem pendidikan yang positif dan terus berkembang.
Kisah inspiratif dari guru lain akan membuat motivasi guru meningkat.
Cakrawala pengetahuan guru akan luas, mindset, sudut pandang, dan cara berpikir dalam menghadapi persoalan dalam mengajar akan semakin kaya.
Dari sana, guru mampu menghadirkan pembelajaran yang efektif, relevan, dan juga bermakna bagi anak didiknya.
Di samping berkolaborasi dengan berbagai pihak, setiap guru penting untuk terus melakukan pembelajaran secara mandiri.
Membaca dan menelaah buku, jurnal, dan berbagai sumber literatur serta aktif dalam proyek-proyek penelitian, adalah hal-hal yang penting dilakukan untuk terus meningkatkan kompetensi dan kapasitas sebagai pendidik.
Bagi setiap guru, filosofi belajar sepanjang hayat harus tertanam sehingga memiliki spirit yang mendorongnya untuk terus belajar.
Jiwa pembelajar ini tercermin lewat rasa ingin tahu yang tinggi, kegigihan mencari solusi atau persoalan yang dihadapi.
Pada gilirannya, semangat ini yang akan melahirkan kreativitas dan inovasi guru dalam pembelajaran, sehingga akan berdampak pada kualitas pendidikan.
Guru yang berkualitas merupakan investasi jangka panjang yang akan berbuah pada peningkatan kualitas pendidikan.
Tentu, upaya meningkatkan kualitas guru ini harus digerakkan semua pihak, dari seperti pemerintah, sekolah, organisasi profesi, komunitas pendidikan, dan masyarakat luas. (***)
Oleh: Al-Mahfud
Penulis, aktif menulis topik-topik pendidikan, menulis artikel, esai, dan ulasan buku di berbagai media.