
BERITABATAM.COM, Jakarta – Salah satu problem mendasar pendidikan di Indonesia adalah minimnya tingkat literasi.
Dampaknya, kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa Indonesia masih rendah.
Hasil PISA 2022 mengungkap bahwa lebih dari 99% siswa Indonesia hanya bisa menjawab soal Level 1-3 atau LOTS (lower order thinking skills) dan kurang dari 1% yang mampu menjawab soal Level 4-6 atau HOTS (higher order thinking skills).
Kondisi tersebut menggambarkan kualitas pembelajaran di Indonesia masih belum mampu menghasilkan kemampuan siswa yang diharapkan.
Padahal, kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti berpikir kritis, logis, kreatif adalah kecakapan penting sebagai dasar generasi muda menghadapi tantangan masa depan.
Perlu ada transformasi untuk meningkatkan hasil belajar dan kualitas pembelajaran.
Transformasi ini butuh kekompakan dan aksi nyata seluruh stakeholder pendidikan di Indonesia.
Satu bentuk ikhtiar transformasi pendidikan tersebut adalah lewat pendekatan Pembelajaran Mendalam (Deep Learning).
Beberapa waktu lalu, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) telah menekankan bahwa Deep Learning bukan sebagai kurikulum, namun sebuah pendekatan pembelajaran.
Pembelajaran Mendalam adalah pendekatan yang memuliakan dengan menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan melalui olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga secara holistik dan terpadu (Kemendikdasmen: 2025).
Tak sekadar menghafal, pengalaman belajar yang didapatkan siswa dalam Pembelajaran Mendalam mencakup memahami, mengaplikasi, hingga merefleksi.
Dengan prinsip berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful), Deep Learning lebih mendorong siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti berpikir kritis, problem solving, kolaborasi, kreatif, dan mampu melakukan kontekstualisasi.
Berbagai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills) tersebut terbentuk saat belajar telah sampai pada level bermakna.
Maka dari itu, pembelajaran Mendalam butuh peserta didik yang aktif, merefleksikan apa yang mereka pelajari, dan mengaitkan apa yang mereka pelajari dengan apa yang telah mereka ketahui (Norwegian Ministry of Education and Research, 2015).
Deep Learning apabila diimplementasikan dengan tepat akan memberikan berbagai dampak positif.
Pertama, meningkatkan motivasi belajar siswa karena prinsipnya yang interaktif dan menyenangkan.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang interaktif dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Kita tahu, motivasi belajar yang tinggi, utamanya motivasi intrinsik, akan menjadi bekal penting bagi siswa dalam meraih prestasi dan pencapaian akademiknya.
Kedua, dampak positif Deep Learning adalah membangun keterampilan berpikir kritis dan problem solving.
Siswa aktif dalam proses berpikir membuat keterkaitan, menganalisis, dan sintesis informasi, sehingga materi dipahami secara menyeluruh hingga level mengaplikasi dan merefleksi dalam suatu pengalaman belajar yang bermakna.
Proses pembentukan pengetahuan baru dalam pendekatan Deep Learning yang sejalan dengan teori konstruktivisme tersebut merupakan perjalanan menanamkan dan mengasah pemikiran kritis (critical thinking) dan skil menyelesaikan masalah (problem solving).
Ini keterampilan penting yang dibutuhkan siswa untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Mendalam dan menyenangkan
Deep Learning berupaya meningkatkan capaian pembelajaran melalui kedalaman pemahaman.
Namun demikian, kedalaman tersebut didapat lewat proses belajar yang menyenangkan dan penuh makna.
Antara “kedalaman” dan “menyenangkan” adalah dua hal yang selama ini cenderung sulit dicapai bersamaan.
Situasi pembelajaran yang menyenangkan dan ringan, biasanya cenderung memberi hasil belajar yang kurang mendalam.
Sebaliknya, untuk sampai pada pemahaman yang mendalam, biasanya dicapai lewat pembelajaran yang serius, ketat, dan terkesan bukan hal yang “menyenangkan”.
Hal tersebut menjadi tantangan yang harus dapat dijawab saat mengimplementasikan pendekatan Deep Learning, terutama oleh guru.
Peran guru dalam Deep Learning sangat penting dan menentukan.
Diterangkan dalam Naskah Akademik Pembelajaran Mendalam (Kemendikdasmen: 2025), peranan guru dalam implementasi Deep Learning adalah sebagai aktivator, pembangun budaya, dan kolaborator.
Melihat berbagai peran guru tersebut, maka jelas guru perlu mendapatkan berbagai dukungan pelatihan yang cukup agar mampu mengimplementasikan Deep Learning dengan baik.
Bagaimanapun, penerapakan Pembelajaran Mendalam butuh perubahan paradigma dalam proses belajar-mengajar, sehingga perlu proses yang tidak instan.
Selain itu, kerja sama, sinergi, dan dukungan yang positif dari seluruh elemen dalam ekosistem pendidikan.
Baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, keluarga dan masyarakat juga penting dan sangat menentukan sejauh mana efektivitas penerapan pendekatan Deep Learning dalam meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
Oleh: Al-Mahfud
Penulis, aktif menulis topik-topik pendidikan. Tulisan-tulisannya berupa opini, esai, dan ulasan buku dimuat di berbagai platform media.