
![]() |
Ketua Umum Rembuk Nasional Aktifis 98 (RNA98) Sayed Junaidi Rizaldi (SJR) |
BENGKALIS –BERITABATAM.COM – Ketua Umum Rembuk Nasional Aktifis 98 (RNA98), Sayed Junaidi Rizaldi (SJR) mengapresiasi kinerja kepolisian yang berhasil menangkap Sugi Nur, yang mengklaim diri sebagai Gus Nur.
Hal tersebut diungkapkan SJR melalui aplikasi berbagi pesan WhatsApp, Minggu, (25/10/2020)
Ia mengatakan, perbedaan pendapat dalam era demokrasi seperti sekarang ini merupakan sebuah keniscayaan yang berhasil diperjuangkan oleh para mahasiswa dan rakyat pada tahun 1998.
“Saya bukan anti dengan perbedaan pendapat, tapi kalau fitnah itu tidak boleh. Fitnahkan tidak baik. Jangan mentang-mentang dalam situasi demokrasi dan reformasi ini, kita bisa berbicara bebas seenaknya, semua menjadi lawan kita. Ini pelajaran bagi kita,” terangnya.
Ia juga mengatakan, seharusnya kita bersyukur, hari ini bisa berpendapat tidak seperti zaman orde baru dulu.
“Kalau sekarang, paling ditangkap untuk diamankan, nanti juga dibebaskan. Kalau dulu jangankan kita bicara, kita bawa buku Lenin Stalin saja atau buku Tan Malaka sudah dibawa ke Kodim, hari ini kan tidak begitu,” ujar lulusan pasca sarjana UI ini.
Selain itu, sambungnya, zaman orde baru dulu, untuk membungkam wartawan, ya kadang dihilangkan bahkan dibunuh, baca puisi aja bisa hilang malam, meredam suara buruh dengan cara diculik dan dibunuh seperti alm. Marsinah.
“Kita bersyukur, saat ini, mahasiswa dapat bebas berpendapat. Yang harus di waspadai adalah penumpang gelapnya. Demonstrasi mahasiswa atau buruh yang murni harus terlepas dari itu. Belum lagi provokator, saya yakin yang bakar bakar itu bukan gerakan yang murni tadi, kan ada juga muncul dalam berita media. Akhirnya ketika aparat bertindak, jadi ada alasan bagi mereka yang memang menunggu “air keruh”, nanti mereka buat manuver di media dengan mengatakan aparat bertindak represif, ini yang bahaya, jadi saya sangat apresiasi kinerja kepolisian yang menangkap Sugi tersebut,” imbuhnya.
Padahal, sambung pria yang akrab disapa Pakcik ini, dulunya, Sugi tidak seperti itu, namun kemudian berubah.
“Pada mulanya, saya suka dengan ceramah Sugi ketika awalnya muncul di YouTube, cukup bagus dan berbeda. Dan dia membangun rumah Tahfidz Quran, pesantren yang di Sulawesi, itu bagus. Tapi lama-lama jadi berubah ke sana, kasihan jadinya,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan, agar Sugi selama di dalam penjara, sebaiknya produktif menulis buku dan melakukan hal yang bermanfaat.
“Kalau bisa bikin buku, agar waktunya selama dalam penjara tidak sia-sia,” pungkasnya. (juny)