
BERITABATAM.COM – Bersinergi mewujudkan generasi yang kompeten dan berlisensi merupakan kata kunci dalam persaingan kerja dewasa ini, khususnya sekolah vokasi.
Hal tersebut sejalan direktorat Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan (2021) bahwa untuk tahun ajaran 2021/2022, ada 9 (sembilan) tema yang dikembangkan berdasarkan Peta Jalan Pendidikan Nasional 2020-2035 dan kebutuhan dunia kerja.
Adapun temanya atara lain : 1) Gaya Hidup Berkelanjutan., 2) Kearifan lokal., 3) Bhinneka Tunggal Ika., 4) Bangunlah Jiwa dan Raganya., 5) Suara Demokrasi., 6) Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI., 7) Kewirausahaan., 8) Kebekerjaan., 9) Budaya Kerja. Untuk point 1-7 : Tema yang berlaku sama untuk semua satuan pendidikan. Sedangkan point 8 dan 9 : Tema khas untuk SMK.
Satuan pendidikan kejuruan diharapkan berinovasi mengembangkan tema menjadi topik yang lebih spesifik, sesuai dengan budaya, kondisi sekolah, dan kebutuhan dunia kerja.
Setiap SMK wajib melaksanakan tema nomor 8 dan 9, dan ditambah dengan minimal satu dari tema point 1 s.d. nomor 7.
Tema tersebut sejatinya menjadi tugas mulia sang eksekutor dilini terdepan pendidikan oleh seorang guru.
Jika kita merepleksikan dari Nadiem (2019) mengatakan “Pendidikan merupakan apa yang terjadi diruang kelas dan dirumah, teknologi tak bisa menggantikan koneksi itu, perlu koneksi batin agar agar kepercayaan tercipta dan pembelajaran terjadi lebih obyektif”.
Selanjutnya Guru kreatif, inovatif dan terampil dalam pembelajaran, energik melayani peserta didik, mampu membangun kemitraan sesama guru, dengan sekolah, dengan komunitas lebih luas, menjadi pembelajar sekaligus agen penggerak perubahan disekolah itulah potret Guru penggerak merdeka belajar.
Demikian dikutip dari H. E. Mulyasa , dalam bukunya berjudul “Menjadi Guru Penggerak Merdeka Belajar” 2021.
Jadilah seorang guru inspirator bersinergi yang hebat. Guru adalah profesi tertua di dunia dan seumur dengan keberadaan manusia, dan Guru merupakan aktor utama yang menyukseskan pendidikan, tanpa keterlibatan aktif guru pendidikan kosong dari materi, esensi dan substansi, serta secangih apapun kurikulum, visi, misi, finansial sepajang gurunya pasif dan stangnan maka kualitas lembaga pendidikan akan merosot. Demikian dikutif dari Dr. H. Darmadi, dalam buku berjudul GURU ABAD 21 “Perilaku dan Pesona Pribadi”.
Perjalan waktu dan perkembangan era mengantarkan tenaga pendidik (Guru) kepada era merdeka belajar, guru penggerak dan pembelajaran abad 21 yang ditandai dengan era 4.0 dengan erupsi perubahan dan perkembangan teknologi secara cepat.
Di balik itu semua peran inovasi dan kehadiran guru secara langsung tak bisa tergantikan oleh teknologi.
Wujud kasih sayang seorang guru dengan memberi layanan pendidikan secara prima kepada murid dan bersinergi dengan semua stikholder yang ada merupakan repleksi sinergi perlu terus kita kembangkan.
Repleksi bersinergi telah tertuang dalam pengembangan kurikulum disetiap satuan pendidikan.
Namun demikian kali ini izinkan penulis merefleksikan pada memahami strutur kurikulum SMK pusat keunggulan, yang mana terpatri pada ingatan kita bahwa struktur kurikulumnya diformulasi kedalam kelompok umum dan kelompok kejuruan ditambah projek penguatan Profil Pelajar Pancasila, dan Budaya Kerja.
Fungsi Kelompok umum struktur kurikulum, sejatinya membentuk peserta didik menjadi pribadi yang utuh baik dalam perkembangan fase usia, tata nilai (norma) dalam kehidupan sebagai mahluk pribadi sekaligus mahluk sosial, berketuhanan Yang Maha Esa serta sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia sekaligus warga dunia.
Selain itu, Kelompok Kejuruan merupakan kelompok mata pelajaran yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai pribadi kompeten secara praktis dan wawasan sesuai kebutuhan dunia kerja serta ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya.
Mata Pelajaran Kejuruan di kelas X merupakan dasar-dasar Program Keahlian, pada Kelas XI dan Kelas XII merupakan konsentrasi yang berisi kelompok unit-unit kompetensi pada Program Keahlian.
Konsentrasi ini dikembangkan oleh satuan pendidikan sesuai dengan Program Keahlian yang dibuka dengan kebutuhan dunia kerja.
Pemahaman dan analisa kurikulum merupakan hal vital harus dipahami oleh seorang guru walaupun sekolahnya bukan SMK Pusat Keunggulan atau yang bersangkutan belum bersertifikat guru penggerak karena Guru sebagai eksekutor diruang belajarnya.
Bahkan Tanner & Tanner (1995) dalam (Kuboja & Ngussa, 2015) mengatakan bahwa kurikulum merupakan “plan or program of all” seperangkat rencana atau program yang akan dijalan oleh semua “ the direction of a school” untuk diterapkan kepada peserta didik berdasarkan bimbingan atau arahan dari sekolah. Inilah demensi yang patut dipahami guru karena “Guru sebagai pemimpin pendidikan pada masa yang akan datang dalam mewujudkan generasi Indonesia unggul” (Mansyur, 2021).
Potret bersinergi secara internal bagi guru sesuai kompetensi sosial dan antar personal yang diawali dalan pemahaman sinergis dalam proses penyusunan kurikulum oprasional sekolah.
Selain itu, sistem kolektif koligial pembangunan ekosistem pendidikan disekolah butuh keterlibatan aktif dari guru dan termasuk semua stikholder demi kualitas pendidikan dan pelajar kita kedepan.
Stephen R. Covey (2010) dalam bukunya “The 7 Habits of Highly Effective People” mengatakan bahwa manusia efektif adalah mereka yang menang bersama melalui paradigma salingketergantungan; berpikir menang-menang, berusaha mengerti terlebih dahulu baru dimengerti, dan bersinergi yang diyakini merupakan aktivitas tertinggi dalam semua kehidupan.
Bahkan Daniel Golemen (2007) dalam bukunya “Social Intelligence” mengutip pendapat psikolog Edward Thorndike bahwa kecerdasan sosial adalah kemampuan memahami dan mengelola orang lain. Ia menyatakan bahwa manusia diciptakan untuk saling berhubungan.
Penemuan menjelaskan bahwa relasi kita dengan orang lain memiliki dampak halus yang tidak terlihat, namun sangat kuat dan berlangsung selama hidup kita.
Ternyata, cara kita berhubungan dengan orang lain memiliki nilai amat penting yang sebelumnya tidak terbayangkan. (demikian dikutip dari tulisan Dr. Aswandi berjudul Guru Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, 2016).
Masih dalam struktur kurikulum SMK, fungsi Mata Pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris di Kelas X berisi materi umum untuk mendasari pembelajaran di Kelas XI dan Kelas XII yang merupakan pendalaman materi dalam konteks kejuruan pada masing-masing Program Keahlian.
Mata Pelajaran Informatika berisi berbagai kompetensi untuk menunjang keterampilan berpikir kritis dan sistematis guna menyelesaikan beragam permasalahan umum.
Mata Pelajaran Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial berisi muatan tentang literasi ilmu pengetahuan alam dan sosial yang diformulasikan dalam tema-tema kehidupan yang kontekstual dan aktual.
Lain halnya fungsi Mata Pelajaran Projek Kreatif dan Kewirausahaan merupakan wahana pembelajaran bagi peserta didik melalui pendekatan pembelajaran berbasis projek untuk mengaktualisasikan dan mengekspresikan kompetensi yang dikuasai pada kegiatan pembuatan produk/pekerjaan layanan jasa secara kreatif dan bernilai ekonomis.
Untuk Praktik kerja Lapangan (PKL) minimal 6 bulan merupakan wahana saling asah, asih dan asuh peserta didik meningkatkan penguasaan kompetensi teknis (hardskill) sesuai dengan konsentrasi keahliannya serta menginternalisasi karakter dan budaya kerja (softskill).
Untuk pengembangan diri dan profil pelajar pancasila maka diperuntukkan Mata Pelajaran Pilihan agar peserta didik seuai dengan passion untuk pengembangan diri, baik untuk berwirausaha,bekerja pada bidangnya, maupun melanjutkan pendidikan.
Sedangkan Profil Pelajar Pancasila dan Budaya Kerja kegiatan yang wajib diikuti oleh setiap peserta didik di luar kegiatan intrakurikuler, dilaksanakan dalam bentuk blok-blok kegiatan secara periodik dan terintegrasi.
Contoh refleksi pada pemahaman terhadap kurikulum tersebut merupakan bentuk kecintaan kita kepada peserta didik dan upaya terus berbenah dalam memberi layanan pendidikan berkualitas yang diterapkan pada setiap ruang belajar, khususnya pada sekolah vokasi di Natuna.
Albert Einstein, pernah mengatakan bahwa, “Masalah signifikan yang kita miliki tidak dapat dipecahkan pada level pemikiran yang sama dengan level pemikiran di saat kita menciptakannya”.
Untuk memecahkan masalah yang paling sulit, kita harus mengubah cara berpikir kita secara radikal. Perubahan berpikir secara radikal yang dimaksud adalah perubahan pola pikir (mindset) dari orientasi “Aku dan Kamu” atau “Cara Saya dan Cara Anda” menjadi pola pikir berorientasi cara “Kita”. Hanya melalui orientasi atau cara “Kita”, kemitraan sejati akan terwujud. (dikutif dari tulisan Dr.Aswandi berjudul “Membangun Kemitraan Sejati”, 2013).
Merujuk pada konsep dari sumber literatur yang telah disampaikan dan contoh pada pemahaman pada kurikulum, semoga memberi gambaran terhadap literasi pemahaman kurikulum sekolah vokasi yang ada pada diri kita.
Tulisan Guru dan Repleksi bersinergi ini mengajak kepada kita semua agar bersama-sama memabangun empati terhadap pendidikan (saling asih,asah dan asuh) sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing, terus dibina dan dibangun sehingga bersinergi demi generasi muda kedepan karena mereka adalah insvestasi kemitraan kita di masa kini.
Oleh : Subbihi, Ketua MKKS SMK Negeri Kabupaten Natuna