
BERITABATA.COM, Aceh – Teuku Nyak Makam, pahlawan dari Aceh yang dilahirkan di Desa Lambada Aceh Besar pada tahun 1838.
Semasa kecilnya, Teuku Nyak Makam menuntut ilmu dan menjalani hari-harinya di Pesantren Teuku Chik Abbas,
Kemudian, usai menjalani pendidikannya di pesantren, Teuku Nyak Makan melanjutkan ke Lambada gigieng Tgk Lambada.
Teuku Nyak Makan juga belajar pencak silat, ilmu sosial dan taktis gerilya kepada Panglima Paduka Sinara serta Tuanku Hasyim Banta Muda.
Dan disaat Tuanku Hasyim Banta Muda diangkat oleh Sultan Alaiddin menjadi Timbalan (viceroy) untuk wilayah Aceh Timur, Langkat, dan Deli Serdang, Teuku Nyak Makam diangkat menjadi asistennya.
Selama menjadi asisten Tuanku Hasyim Banta Muda, berbagai prestasi yg dicapai dan kecakapannya dalam memimpin, maka pada 1885, Teuku Nyak diangkat menjadi Mudabbirusyarqiah.
Jabatan Mudabbirusyarqiah yakni penegak kedaulatan Aceh di bagian timur sekaligus Panglima Mandala kerajaan Aceh di Sumatera Timur dan Aceh Timur.
Setelah menduduki jabatan Panglima Mandala, sepak terjang Teuku Nyak Makam semakin agresif melawan kedudukan Belanda.
Aksi Teuku Nyak Makam kerap menyerang pos-pos pertahanan dan tangsi militer belanda. Selain itu, ia menyerang dan merusak perkebunan milik belanda dan perusahaan asing
Dengan tindakan dan aksinya ini sehingga Belanda harus merogoh kasnya dalam-dalam untuk membayar ganti rugi.
Belanda menilai, jika tindakan dari Teuku Nyak ini, banyak merepotkan dan merugikan pemerintah kolonial.
Kegeraman dan kemarahan dari Belanda ini, maka segala upaya dilakukan agar bisa menangkap Teuku Nyak.
Setelah memimpin perjuangan rakyat Aceh melawan penjajahan Belanda selama 40 tahun, Teuku Nyak sakit.
Semenjak dirinya sudah sakit dan tak berdaya, Teuku Nyak dibawa ke kampung halamannya di Lamnga.
Dari informen dan penjilat Belanda, Teuku Nyat ditangkap oleh G.F. Soeters di Lamnga pada 21 Juli 1896. Lalu, dipancung dihadapan keluarga dan pengikutnya.
Selanjutnya aksi kejam Belanda, kepala Teuku Nyak diarak keliling Kutaraja lalu diawetkan dalam botol besar dan di pajang di koridor rumah sakit Militer Belanda di Kuta Alam.
Kepala tersebut kemudian dikirim ke Batavia untuk diperlihatkan kepada pembesar-pembesar Hindia Belanda, sebelum kemudian akhirnya dikirim ke negeri Belanda.
Saat ini, di nisan Teuku Nyak tertulis ‘kepalanya belum ditemukan’ dan konon masih di negeri Belanda. (ria fahrudin)