
BERITABATAM.COM, Batam – Sebanyak 54 pekerja migran Indonesia (PMI) disekap salah satu perusahaan investasi bodong di daerah KPS di Kota Shonoukvile, Kamboja.
Peristiwa ini terungkap setelah salah satu pekerja berhasil menghubungi keluarganya di Jakarta.
Berdasarkan informasi yang dilangsir dari mediakepri .co, para PMI awalnya ditawari pekerjaan sebagai marketing dengan iming-iming gaji US$1.000 – 1.500 atau sekitar Rp15 juta – Rp22,5 juta (kurs US$1=Rp15.000).
Namun saat tiba di Kamboja, PMI dipekerjakan sebagai operator untuk melakukan penipuan dengan modus investasi bodong.
Bahkan gaji hanya US$800 per bulan dan yang diberikan ke PMI cuma setengahnya. Sementara dalam sehari kerja selama 12 jam, dari pukul 10.00 pagi hingga pukul 22.00.
“Namun jika kita sakit atau tidak masuk kerja sehari saja, gaji kita dipotong US$200. Uang lembur tidak pernah diberikan,” ujar salah satu PMI sebut saja Rinto (nama sengaja disembunyikan demi keselamatan PMI) saat dihubungi MEDIAKEPRI.co, Jumat, 22 Juli 2022.
Parahnya lagi, para PMI bekerja dalam gedung 7 lantai yang dijaga ketat dan tidak boleh keluar dari area gedung.
“Kami tidur dalam satu kamar yang berisikan 14 orang dengan alas matras,” katanya.
Sementara paspor PMI diambil para agen saat tiba di Phnom Penh (ibukota Kamboja).
Dalam gedung yang terletak tak jauh dari pantai (Teluk Thailand) tersebut, terdapat kantin dan minimarket.
Mirisnya, semua makanan yang disajikan mengandung unsur babi. Kalaupun ada menu ayam atau telur, hal itu hanya beberapa hari saja.
Diperkirakan ada ratusan pekerja dari berbagai negara yang disekap dalam gedung tersebut.
Para PMI sudah tak betah lagi dan ingin segera pulang ke Indonesia. Namun, perusahaan meminta bayaran US$3.000 – US$4.000 atau sekitar Rp45 juta – Rp60 juta.
“Karena tak punya uang sebanyak itu terpaksa kami harus tetap berkerja. Karena kalau tidak kerja atau mencapai omset maka kita akan dijual ke perusahaan lain yang mungkin lebih parah lagi cara kerjanya,” katanya.
Menurut Rinto, ada salah satu PMI yang menghubungi keluarganya di Jakarta dan sudah dilaporkan ke Mabes Polri sejak 13 Juli lalu.
“Kami berharap pemerintah Indonesia dalam hal ini KBRi untuk segera mengambil langkah agar kami (PMI) bisa keluar dari permasalahan ini dan kembali ke Indonesia,” pintanya.
Untuk diketahui, lokasi gedung para PMI dipekerjakan berada di daerah KPS di Kota Shonoukvile yang berjarak sekitar 4-5 jam perjalanan darat dari Phnom Penh.
Sementara itu, Direktur Intelejen Keimigrasian, Brigjend Pol RP Mulya mengatakan, pihaknya saat ini sedang mendalami permasalahan para PMI di Kamboja tersebut.
Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan KBRI di Kamboja dan aparat setempat untuk penjemputan ke 54 PMI.
“Saat ini tim sudah bekerja. Secepatnya para PMI akan dipulangkan,” katanya. (lintong)