
1. Mandi Balimau Mandi Balimau merupakan sebuah tradisi yang dilakukan sebagai simbol penyucian diri sebelum memasuki bulan suci Ramadhan. Mandi Balimau biasanya dilakukan di sungai, atau pada tempat pemandian. Tradisi ini sudah dilangsungkan ber abad-abad dan dilakukan secara turun temurun. Mandi Balimau ini tidak menggunakan sabun, melainkan menggunakan jeruk nipis. Seluruh anggota tubuh bagian luar dibersihkan menggunakan jeruk nipis. Tradisi Mandi Balimau ini dilakukan sehari menjelang masuknya bulan puasa, yang merupakan simbol untuk penyucian dan pembersihan diri sebelum menjalankan ibadah puasa. Selain dengan menggunakan jeruk nipis, Mandi Balimau juga bisa menggunakan rempah-rempah dan dedaunan yang harum, misalnya seperti pandan, bunga-bunga yang ber aroma wangi diberikan pada air mandi. Campuran tersebut di percaya memiliki manfaat kesehatan dan memberikan kesegaran pada tubuh. Mandi Balimau ini juga menjadi momen silaturahmi dan kebersamaan bagi masyarakat. Karena akan saling bertemu serta menyapa, dan berbagi kebahagiaan dalam menyambut bulan suci Ramadhan. 2. Malamang Lamang merupakan makanan khas Minangkabau, yang cara memasaknya menggunakan media bambu dan kemudian dibakar di atas bara api. Lamang merupakan ketan yang dimasukkan ke dalam batang bambu, lalu dibakar dengan bara api. Tradisi Malamang ini sudah diturunkan secara turun-temurun dan berkembang di lingkungan masyarakat Minangkabau. Beberapa wilayah yang masih menerapkan tradisi Malamang seperti Solok, Padang, Pariaman, Padang Pariaman, dan beberapa wilayah lainnya. Ketika Lamang sudah matang, Lamang akan dibawa ke rumah sanak saudara untuk dibagi-bagikan. Cara membuat Lamang yaitu menyiapkan Beras Ketan, Santan, Garam, dan Bambu. Langkah awal membautnya adalah dengan mencuci beras ketan hingga bersih, lalu rendam selama kurang lebih 3 jam. Jika sudah 3 jam tiriskan beras ketan tersebut. Lapisi bagian dalam Bambu dengan daun pisang. Lalu siapkan santan, dan aduk dengan garam sesuai dengan selera masing-masing. Masukkan kurang lebih 3 takar santan kedalam bambu dan 5 takar beras. Lakukan dengan selang seling, dan tuangkan santan sampai sejajar dengan tinggi bambu. Kemudian bambu harus berdiri tegak, bakar dan nyalakan api di bawahnya. Balikkan bambu agar matangnya merata. Proses memasak Lamang ini sekitar kurang lebih 3 jam. Jika sudah matang dan dingin, belah bambu untuk mengeluarkan isi Lamang. 3. Ziarah kubur Tradisi Ziarah Kubur biasanya dilaksanakan pada saat sebelum Puasa dan sesudah Lebaran. Ziarah kubur ini dilakukan pada makan dunsanak atau kerabat, diawali dengan bergotong royong membersihkan pekarangan makam, lalu mengirimkan doa untuk dunsanak atau kerabat yang sudah lebih dahulu meninggalkan kita. Setelah berdoa taburkanlah bunga tabur di atas kuburan dan siramkan air di atas kuburan, karena di percaya oleh orang untuk menjadi simbol kasih sayang dan harapan agar kuburan sejuk dan damai. Di Minangkabau pandam pakuburan (lokasi) biasanya di kelompokkan berdasarkan suku, berdasarkan tanah tempat tinggal, berdasarkan makam keluarga, dan berdasarkan nagari. Ziarah Kubur dilakukan sebelum dan sesudah hari raya, karena sebagai bentuk penghormatan dan doa kepada keluarga sanak saudara yang telah tiada, karena akan merayakan kemenangan setelah berpuasa. Ziarah kubur ini juga menjadi ajang silaturahmi antar anggota keluarga besar yang jarang bertemu karena terhalang jarak seperti jauh di rantauan, karna akan berkumpul bersama untuk melakukan Ziarah Kubur. Salah satu tujuan Ziarah Kubur ini adalah untuk melestarikan tradisi, karena merupakan tradisi yang harus di wariskan dari generasi ke generasi. 4. Manjalang Mintuo Tradisi Manjalang Mintuo dilakukan pada saat sebelum Ramadhan dan sesudah hari raya. Manjalang Mintuo merupakan tradisi silaturahmi antara perempuan yang sudah menikah kepada mertuanya. Pada tradisi ini menentu membawa rantangan yang berisi makanan seperti kue, rendang, gulai, sambal, dan lainnya. Tradisi ini juga sudah dilakukan secara turun-temurun di Minangkabau. Manjalang Mintuo ini memiliki tujuan untuk memohon maaf kepada mertua (mintuo) untuk segala kesalahan dan kekhilafan yang sudah dilakukan sebagai seorang menantu perempuan. 5. Marandang Marandang (Memasak Rendang) juga sebuah tradisi yang sudah ada sejak zaman dahulu dan dilakukan secara turun-temurun. Rendang merupakan makanan tradisional khas Sumatera Barat yang bahan adarnya adalah daging. Biasanya rendang dibuat dengan cara yang tradisional menggunakan kayu api, bukan dengan kompor gas. Bahan yang digunakan untuk membuat rendang adalah dengan rempah-rempah khas sumatera, bukan dengan menggunakan bumbu instan seperti zaman sekarang. Rendang dimasak dengan menggunakan santan kelapa yang diparut dan di peras sendiri. Penggunaan bumbu-bumbu alami pada rendang membuat rendang tersebut menjadi unik, karna semua bahan yang digunakan bersifat alami dari alam, dengan kata lain menggunakan pengawet alami. Selain dari bahnnya, proses pembuatannya yang lama juga dikatakan unik. Karna bahannya alami tersebutlah rendang dapat bertahan berminggu-minggu atau bisa sampai sebulan. Randang juga salah satu makanan yang diisikan pada rantang saat Manjalang Mintuo. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat rendang antara lain adalah daging, santan kelapa (pisahkan antara santan kental dan encer), bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit halus, lengkuas, daun kunyit, serai (yang sudah digeprek), cabe giling (halus), garam, pala bubuk. Jangan sampai pecah santan, baru masukkan daging, tetap diaduk hingga warnanya berubah menjadi coklat ke hitaman. Jangan lupa untuk mengecek apakah daging nya sudah empuk atau belum. (ria fahrudin)
Cara memasaknya adalah menghaluskan seluruh bumbu, masukkan santan ke dalam kuali, aduk terus dan campurkan bumbu halus ke dalamnya.