Ilustrasi |
TANJUNGPINANG – BERITABATAM.COM –Pandemi corona membuat harga jual ikan kerapu di Provinsi Kepri merosot tajam. Penurunan harga bisa mencapai 50 persen dibanding sebelum pandemi Covid-19.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), TS Arif Fadillah mengatakan, bagi masyarakat Kepri yang berbatasan langsung dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Kamboja, Malaysia dan Vietnam, dampak pandemi corona terhadap perekonomian sangat luar biasa.
Menurut dia, para pelaku usaha di bidang Kelautan dan Perikanan sangat memerlukan kemudahan akses pembiayaan. Selain itu masalah lainnya adalah tingginya biaya logistik yang berdampak kepada tingginya harga jual dari pulau terluar, rendahnya pemanfaatan teknologi bagi koperasi dan UMKM dalam pengelolaan bahan baku dan rendahnya kualitas kemasan produk koperasi dan UMKM.
“Apa yang menjadi kendala para pengusaha dibidang kelautan dan perikanan itulah yang ingin terus kita dongkrak agar maju,” katanya di kegiatan webinar “Solusi Pembiayaan dan Pemasaran Produk Perikanan di Tengah Pandemi” di Kantor Gubernur Kepri, Dompak, Tanjungpinang, Selasa, 6 Oktober 2020 dikutip dari barakata.id.
Berdasarkan laporan bupati dan wali kota, lanjut Arif, sejak pandemi, para nelayan tangkap di Kepri tidak punya akses pemasaran, ditambah lagi daya beli masyarakat sekarang kurang.
“Pasar lokal, restoran dan hotel di Kepri yang dulunya sangat eksis di dunia pariwisata sekarang tampak kosong karena semuanya terbatas,” tuturnya.
Arif melanjutkan, Hasil budidaya ikan, seperti kerapu, yang biasanya dijual ke Malaysia, Singapura dan Hongkong, sejak pandemi sudah tak ada lagi akibat dampak dari covid-19.
Bahkan untuk ikan hidup sebelum Covid-19 ada yang diekspor namun semenjak corona tidak ada lagi. Ikan tangkapan nelayan hanya di jual di pasar lokal dengan kondisi daya serap yang tidak maksimal,” kata Arif.
“Harga ikan kerapu sebelum pandemi berkisar Rp120 ribu per kilo, setelah Covid-19 ini menjadi hanya Rp70 ribu bahkan Rp50 ribu perkilo. Kalo ikan kakap, bawal bintang masih di harga Rp70 ribu perkilo,” sambung dia.
Arif memaparkan, olahan hasil perikanan sebelum Covid-19 bisa sampai 1.000.000 juta ton lebih pada tahun 2019, dengan terdampak Covid-19 menjadi hanya 685 ribu ton di tahun 2020.
Meski wisata Kepri berada di peringkat ke-3 di Indonesia, namun sejak wabah corona melanda, angka kunjungan turis baik domestik maupun mancanegara ke daerah-daerah di Kepri terus menukik. Di sektor industri pun mengalami kelesuan karena bahan baku dari luar negeri tidak bisa masuk.
Di seluruh Provinsi Kepri papar Arif tercatat sebanyak 2.132 koperasi, koperasi nelayan berjumlah 262 dan UMKM berjumlah 160.290.
Dalam webinar itu, Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM Victoria Simanungkalit mengatakan, pemerintah terus berupaya untuk memulih kan UMKM khususnya di komisi perikanan dan menjaga proses hulu hingga hilir dapat berjalan optimal melalui upaya dalam program strategis.
Dan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan total jumlah nelayan 2,3 juta jiwa dan pembudidaya ikan hampir 4 juta orang. Dari jumlah itu, 96 persen nelayan Indonesia masuk dalam kategori nelayan kecil dan pembudidaya ikan hampir 4 juta orang. Dari jumlah itu, 96 persen nelayan Indonesia masuk dalam kategori nelayan kecil dan tradisional. (*)