
BERITABATAM.COM, Batam – Rusunawa Pemko Batam dan Rusun BP Batam, disiapkan sebagai tempat isolasi sementara bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI) atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang dipulangkan dari negara tetangga.
Bahkan, sejak 22 Januari lalu, kedua rusun ini telah menampung lebih dari 1.000 lebih PMI.
”Dua Rusun ini memang disiapakan pemerintah daerah untuk menampung para PMI yang dipulangkan ke Indonesia melalui Batam,” kata Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (Dinsos-PM) Batam, Hasyimah, dikutip dari batampos.id, Rabu, 10 Februari 2021.
Program ini telah berjalan sejak 2020. Dimana, para pekerja migran yang dideportasi ke Indonesia lewat Batam, akan menjalani swab test sebelum dipulangkan ke daerah asalnya.
”Selain tempat, kita juga menyediakan makanan bagi mereka. Ini sebagai bentuk tanggung jawab Pemko Batam terhadap pekerja migran. Bagaimana pun mereka tetap saudara kita,” ungkap Hasyimah.
Rata-rata pekerja migran dikarantina selama tiga sampai empat hari, tergantung berapa lama hasil swab-nya keluar.
Selama itulah, Pemko Batam memberikan tempat sekaligus memberikan makan para pekerja migran tersebut.
”Kalau hasil swab-nya negatif, biasanya langsung dipulangkan. Tapi kalau positif, kita kirim ke RSKI Galang,” ucap Hasimah.
Meski begitu, kata dia, tak semua pekerja migran memilih karantina di rusun.
Sebab, ada juga yang memiliki uang dan memilih tinggal di hotel sambil menunggu hasil swab-nya selesai.
”Yang di rusun ini bagi mereka yang enggak mampu. Kita berikan pilihan, kebanyakan dari mereka memilih menggunakan fasilitas pemerintah,” ungkapnya.
Salah seorang Taruna Siaga Bencana (Tagana) Dinsos Batam, Yana, mengatakan, sejauh ini ia bersama enam orang rekannya yang membantu para pekerja migran selama di lokasi karantina.
Dikatakannya, setiap rusun disiapkan tujuh orang Tagana, mer-
eka nantinya yang disiapkan untuk membantu kebutuhan para pekerja.
”Kita bantu untuk konsumsi, sehari tiga kali,” kata Yana.
Disebutkan Yana, penempatan PMI di Rusun BP Batam dan Rusun Pemko, dipisah antara perempuan dan laki-laki.
Sebagian besar pekerja, diakui Yana, mengaku tertipu oleh calo sehingga mereka berangkat menggunakan dokumen ilegal.
”Banyak juga yang curhat, kapok dan merasa tertipu,” sambungnya.
Saat ini, tambahnya, dari seribuan lebih yang masuk ke rusun, 700 pekerja di antaranya sudah dipulangkan ke daerahnya masing-masing.
Pemulangan menggunakan biaya sendiri. Namun, bagi mereka yang betul-betul tak mampu, akan dicarikan solusi oleh Dinsos-PM Batam.
”Ada juga di antara mereka patungan atau kasih sumbangan agar teman yang lain bisa pulang. Saat ini yang ada di rusun sekitar 300 pekerja saja. Informasinya malam ini juga akan ada tambahan baru,” tuturnya.
Sekretaris Dinsos Batam, Leo Putra, menambahkan, biaya konsumsi pekerja migran dialokasikan dari APBD Batam lewat biaya tak terduga sebesar 3 Miliar.
Peruntukannya untuk biaya isolasi di rusun, makanan, kebersihan rusun serta honor bagi petugas Tagana yang mengurus pekerja tersebut. (Batampos.co.id)