Jakarta -Beritabatam.com| Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, gempa yang terjadi di Majene, Sulawesi Barat pada Jumat (15/1/2021) dipicu oleh sesar naik Mamuju atau Mamuju Thrust. Pemicu gempa ini sama dengan gempa magnitudo 6,9 pada tahun 1969 lalu di Majene.
“Sebenenarnya gempa saat ini terkait dengan pengulangan gempa yang terjadi di wilayah sama. Gempa memiliki mekanisme pergerakan naik, mirip dengan tahun 1969 di Majene juga,” kata Daryono saat konferensi pers virtual BMKG, Jumat (15/1/2021).
1969 lalu, gempa yang sama mengguncang Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. Dampak dari gempa yang mengguncang 4 desa di Majene ini cukup dahsyat. Daryono mengatakan, 64 orang meninggal dunia, 97 orang luka-luka, dan 1.287 rumah rusak.
“Sumber gempanya sama, saat itu magnitudo 6,9 di Pantai Barat Sulawesi. Kedalamannya 13 meter sehingga memicu gempa besar dan timbul tsunami 4 meter di Pelatting dan 1,5 meter di Parasanga dan Palili. Dermaga, pelabuhan juga rusak semua,” ujarnya.
“Lalu gempa lagi 8 Januari 1984 di Mamuju tapi tidak ada catatan korban. Namun banyak rumah rusak, maksimum intensitas VII MMI,” lanjut dia.
Sebelum kedua gempa itu terjadi, Daryono mengatakan bahwa Pulau Sulawesi juga sempat diguncang gempa berkekuatan magnitudo 6,3. Tepatnya pada 11 April 1967, gempa mengguncang Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Gempa ini menimbulkan tsunami dan menyebabkan 13 orang meninggal.
Daryono menjelaskan bahwa pemicu gempa di Majene kali ini adalah sesar naik Mamuju. Mekanisme sesar naik Mamuju ini juga mirip dengan gempa di Lombok tahun 2018 lalu yang terbilang dahsyat dengan magnitudo 7,0.
“Diduga kuat pemicu gempa ini adalah Mamuju thrust. Terbukti bahwa hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault). Mekanisme sesar naik ini mirip dengan pembangkit gempa Lombok tahun 2018, bidang sesar membentuk kemiringan bisang sesar ke darat,” ujarnya.
Sumber : Liputan6.com