BERITABATAM.COM, Batam – Pengungsi Afganistan menggelar aksi demo di Gedung DPRD kota Batam. Bukan saja kaum pria, para pendemo juga melibatkan perempuan dan anak-anak pada Rabu (16/2/2022).
Dalam aksi demonya, para pengungsi Afganistan mengenakan atribut seragam rompi biru muda bertuliskan UNHCR (Nations High Commissioner For Refugees).
Mereka menyuarakan aspirasi dari pagi hingga siang tengah hari menggunakan Toa sebagai pengeras suara. Selain membawa sepanduk, mereka juga membawa poster-poster berisi berbagai macam tulisan kecaman.
Pantauan Beritabatam.com dilapangan, aksi demo pengungsi Afganistan tersebut sempat di bubarkan secara persuasif oleh petugas kepolisian berpakaian sipil. Sebab aksi demo ini tidak memiliki izin sesuai Undang-undang yang berlaku di Indonesia. Namun usaha petugas untuk membubarkan demo mendapat perlawanan sengit dari pemimpin aksi.
Karena karena jumlah, petugas kepolisian kemudian berkoordinasi dengan tim Satpol PP yang sebelumnya memang sudah stanby di dalam gedung DPRD.
Akhirnya petugas kepolisian bersinergi bersama Satpol PP untuk membubarkan aksi demo para pengungsi Afganistan tersebut. Namun mendapat perlawanan sengit dari puluhan peserta demo.
Pembubaran paksa-pun terjadi. Hingga terjadi saling dorong mendorong yang berujung pada kericuhan masal. Para pendemo perempuan tampak menjerit histeris saat di bubarkan petugas. Demikian juga anak-anak yang terlibat dalam aksi demo itu histeris dan menangis.
Situasi ricuh akhirnya dapat di kendalikan setelah para 4 provokator dalam aksi demo tersebut di amankan petugas.
Menurut seorang petugas, aksi ini harus di bubarkan secara paksa setelah para pendemo telah di beritahukan secara persuasif untuk membubarkan diri.
“Selain aksi demo ini tidak memiliki izin, dua jam ke depan aka nada rapat paripurna DPRD kota Batam. Kalau aksi demo ini di teruskan tentunya akan mengganggu jalannya rapat paripurna,” ujar seorang petugas.
Sementara itu, seorang peserta aksi demo mengatakan dalam aksi yang di gelar ini sebenarnya hanya meminta tolong agar aspirasi mereka dapat di akomodir.
“Kami hanya ingin di pertemukan dengan UNHCR yang berada di Batam. Sudah hampir 10 tahun kami di sini,” ujar seorang peserta demo.
Dia juga mengatakan, setiap bulan mendapat uang saku Rp2.100.000 per-orang. Para pengungsi ada yang tinggal di Hotel Kolekta, kecamatan Lubuk Baja kota Batam.
Lanjutnya, para pengungsi Afganistan ini ingin agar di kirim ke Negara ketiga seperti Australia, Amerika, dan Selandia Baru. Namun tidak ingin di kembalikan ke negara asal karena di negerinya saat ini masih terjadi perang. (hs)